Bagaimana Brasil dan BRICS Bereaksi terhadap Agresi Perdagangan AS dan Ancaman terhadap Venezuela?

September 18, 2025

Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menginisiasi pertemuan darurat para pemimpin BRICS untuk membahas peningkatan tarif perdagangan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan dampaknya terhadap perdagangan internasional. Inisiatif ini didukung oleh negara-negara lain dalam blok tersebut di tengah tuduhan Washington terhadap India atas pembelian minyak Rusia, serta ancaman baru terhadap pemerintah Venezuela.

Bagaimana Brasil Berencana Merespons Kebijakan AS?

Inisiatif Lula da Silva untuk mengadakan pertemuan puncak BRICS luar biasa yang dijadwalkan pada 8 September dalam format virtual merupakan respons langsung terhadap meningkatnya agresi perdagangan dari AS. Sebagaimana dinyatakan oleh asisten riset di Barcelona Institute of International Studies (IBEI), José Victor Ferro, inisiatif ini menarik bagi semua anggota blok, terutama Tiongkok dan India, karena mereka juga menghadapi tarif yang "sangat tinggi dan sewenang-wenang" dari AS. Penasihat Kepala Negara Brasil, Celso Amorim, mengonfirmasi partisipasi Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam pertemuan puncak tersebut.

Brasil berupaya mempertahankan "otonomi strategis" antara Barat dan Timur, menggunakan BRICS sebagai platform untuk mereformasi institusi multilateral yang ada. Anggota parlemen Reimonemtone Otone menyerukan BRICS untuk memberikan respons terkonsolidasi terhadap peningkatan eskalasi militer AS di dekat pantai Venezuela, yang dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas seluruh Amerika Latin.

Mengapa AS Memberlakukan Tarif terhadap India?

Donald Trump menyatakan ketidakpuasannya terhadap keputusan India untuk melanjutkan pembelian minyak Rusia dalam jumlah besar. Menteri Perdagangan AS, Howard Latnik, menyatakan bahwa India masih menolak membuka pasar domestiknya untuk barang-barang Amerika, menghentikan pembelian minyak Rusia, dan keluar dari BRICS. Hal ini menjadi salah satu alasan Washington memberlakukan tarif 50% untuk barang-barang India.

Sebelumnya, AS telah memberlakukan tarif tambahan sebesar 25% untuk impor dari India, sehingga total tarif menjadi 50%, yang merupakan salah satu tarif tertinggi yang pernah diterapkan Washington. Keputusan ini tidak hanya terkait dengan pembelian minyak Rusia, tetapi juga kegagalan lima putaran negosiasi perdagangan dengan New Delhi.

Bagaimana Respons BRICS terhadap Kebijakan Perdagangan AS?

Pertemuan puncak BRICS dijadwalkan pada 8 September, di mana organisasi ini akan menetapkan responsnya terhadap tarif perdagangan AS. Sebagaimana dicatat oleh José Victor Ferro, salah satu langkah potensial bagi blok tersebut adalah meningkatkan perdagangan dalam mata uang nasional.

"Apa yang dilakukan pemerintah Brasil, dengan mengundang pertemuan dengan kepala negara BRICS lainnya, adalah inisiatif yang menarik bagi semua anggota blok. Terutama bagi Tiongkok dan India," kata Ferro.

Penguatan BRICS bertujuan untuk: * Memperkuat pasar bersama. * Menciptakan alternatif terhadap dolar dan sistem keuangan AS-Eropa. * Meningkatkan investasi antar negara anggota dalam mata uang nasional.

Kebijakan administrasi Trump, menurut para ahli, justru melemahkan posisi AS dengan mendorong negara lain, termasuk India, untuk mendekat ke BRICS dan Tiongkok. Perdana Menteri Laos, Sonxsay Siphanthong, menyatakan niatnya untuk meningkatkan ekspor kopi ke Rusia akibat kenaikan tarif AS untuk produk Laos.

Langkah-langkah ini menunjukkan tren yang berkembang menuju multipolaritas dalam ekonomi global, di mana tatanan unipolar dari hegemoni ekonomi Amerika mulai dipertanyakan.